- Kitab Durushul Lughah digunakan hanya untuk orang non Arab. Untuk mereka yang sejak kecil berbahasa Arab, maka tidak menggunakan kitab Durushul Lughah.
- Satuan terkecil untuk membuat kalimat dalam bahasa Indonesia adalah abjad. Dalam bahasa Arab adalah huruf hijaiyah.
- Huruf hijaiyah berjumlah 30 jika memasukkan huruf alif dan lam alif. Namun menurut Imam al-Jazariy jumlahnya hanya 29 huruf karena lam alif bukan huruf mabani, tapi huruf ma’ani. Pendapat lain hanya 28 huruf, yaitu tidak memasukkan alif.
- Dari huruf akan membentuk kata yang dalam bahasa Arab disebut kalimah. Kalimah yang tersusun akan membentuk kalam.
- Kalam berbeda dengan Jumlah. Namun bagi pemula hal ini bisa dianggap sama. Bahasan ini bisa dilihat pada kitab Mughnil Labib.
- Jika kita ingin mengi’rab huruf yang hanya satu, misal huruf jar بِ, maka yang disebut harus hurufnya; misalnya yaitu البَاء berposisi sebagai huruf jar.
- Kata هَذَا masing-masing huruf dibaca dua harokat هَاذَا.
- Huruf ha ( هَ ) pada haadza ( هَذَا ) adalah huruf untuk tanbih (meminta/mencari perhatian). Boleh tidak dibaca sehingga jadi dza ( ذَا ) saja. Dza masjidun ( ذا مسجد ). Huruf ha ( هَ ) disini bisa diartikan Hai. Maka haadza masjidun ( هذا مسجد ) bisa diartikan, Hai, ini masjid.
- Pentingnya mengetahui penulisan kata dalam bentuk asli Arabnya. Bukan setelah proses transliterasi. Misal kitab tidak ada hukum mad pada transliterasi. Seharusnya Kitaabun ( كتاب ). Karena pada beberapa kata akan merubah makna. Misal Jamalun جمل (unta) dengan Jamaalun جمال (bagus/indah).
- Huruf A ( أ ) bisa diartikan/digunakan sebagai kata tanya yang berarti apakah. Juga sebagai huruf nida’ (kata panggilan) untuk orang yang dekat/akrab. Misal A Zaidu (Hai Zaidu) dengan harokat akhir dhommah saja, sama seperti huruf nida yaa.
- Huruf maa ( ما )ada dua fungsi: maa istifham (untuk bertanya) dan maa nahiyah (untuk menyangkal).
- Kata maa ( ما ) digunakan untuk yang tidak berakal. Dan man ( من )untuk yang berakal.
- Mubtada bisa dihilangkan jika jawaban telah jelas. Misal: “Siapa ayahmu? Ahmad.” Man abuka? Ahmad. Yang seharusnya “Man abuka? abiy Ahmad.”
- Mubtada dan khabar juga bisa dihilangkan jika pertanyaannya dijawab na’am. Misal: A haadza baitun? Na’am. Seharusnya: A haadza baitun? Haadza baitun.
- Kata haadza untuk menunjuk benda yang dekat dan dzalika untuk benda yang jauh.
Video 2: Lanjutan Bab 1 dan Bab 2
Kosakata Dars 1 dan 2, Jilid 1, Durushul Lughah