Bismillah,
Ini adalah catatan pertama kajian bahasa Arab di blog ini.
Pada pembahasan pertama ini, saya ingin merangkum materi dari kitab Durushul Lughah al-Arabiyyah li Ghairi Naatiqina Biha yang jika diterjemahkan secara bebas artinya adalah Pelajaran Bahasa Arab bagi Penutur yang Bukan Arab.
Sekilas Tentang Kitab Durushul Lughah
Kitab ini ditulis oleh Dr. V. Abdurrahim, seorang professor bahasa di Universitas Islam Madinah. Beliau telah mengajar bahasa Arab selama lebih dari 30 tahun.
Dari pengalaman yang banyak itu, beliau kemudian menulis kitab Durushul Lughah ini sebagai pegangan bagi mahasiswa Universitas Islam Madinah yang berasal dari luar Saudi, khususnya yang tidak menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa ibu.
Download Kitab Durushul Lughah
Kitab Durushul Lughah terdiri dari 3 jilid. Ketiganya dapat di download di website Fatwa Online. Selain kitab aslinya, ada juga tambahan catatan yang bisa membantu kita dalam memahami kitab tersebut, yaitu catatan dari Umm Zakkee untuk kitab jilid 2, dan catatan Abu Abdullah untuk kitab jilid 3.
Semoga Allah memudahkan kita untuk bisa ikhlas dalam mempelajarinya dan istiqomah hingga selesai.
Metode Pembahasan pada Kitab Durushul Lughah
Dr. V. Abdurrahim menggunakan metode yang sangat baik dalam menulis kitab ini. Pembahasannya dimulai dari kaidah yang sangat sederhana pada Bab 1, ditambah dengan beberapa kosakata.
Kaidah sederhana ini di Bab 2 akan ditambah dengan kaidah yang mirip. Pun kosakata yang sudah di sebutkan pada bab sebelumnya, akan disebutkan kembali beberapa diantaranya di bab setelahnya.
Jadi penuntut ilmu akan merasakan sambung menyambung dari Bab 1 ke Bab 2, Bab 2 ke Bab 3, dst…
Proses ini akan mempertajam kaidah nahwu (yang diaplikasikan dalam bentuk praktik) sekaligus menambah hafalan kosakata.
Setelah beberapa materi dan kosakata, beliau akan memberikan beberapa soal latihan untuk menguji pemahaman dan hafalan kosataka yang baru saja dipelajari.
Pembahasan Bab 1 Jilid 1 Kitab Durushul Lughah
Baik, kita langsung masuk pada materi di kitab ini, mulai dari Bab 1.
Pada bab ini, Syaikh menjelaskan tentang kata tunjuk yaitu Haa Dza. Kata Haadza penggunaannya memiliki 2 konsep:
- Untuk menunjuk sesuatu yang jaraknya dekat.
- Berlaku pada kata/orang yang berjenis laki-laki.
Contohnya bagaimana?
Kita ibaratkan sedang berdiri di dekat sebuah meja. Kita ingin memberitahukan kepada seseorang di dekat kita–misal seorang anak kecil yang belum mengenal benda–bahwa itu adalah meja. Maka kita mengatakan kepadanya:
- Haadza Maktabun.
Atau saat itu sedang berjalan melewati sebuah masjid, maka kita memberitahukan kepadanya:
- Haadza Masjidun.
Dst, berlaku untuk kosakata yang lain seperti disebutkan pada halaman pertama jilid 1. Ada 9 kosakata yang tercantum disana. Semuanya harus dipahami maknanya dan dihafal (arti dan tulisannya).
Perbedaan Maa dan A?
Setelah selesai mempelajari halaman pertama, di halaman selanjutnya akan ada latihan. Disini Syaikh memberikan dua kosakata baru yang digunakan untuk bertanya, yaitu maa dan a.
Apa Bedanya?
Maa artinya adalah “apa”. Jadi ketika seseorang bertanya menggunakan maa, misalnya maa haadza, artinya adalah “apa ini?”.
A artinya adalah “apakah”. Digunakan untuk menanyakan sesuatu yang memiliki dua pilihan. Misalnya di depan kita ada buku dan pena. Lantas seseorang menunjuk buku dan bertanya, “A haadza kitaabun?” (apakah ini buku?).
Maka kita menjawabnya dengan “naám” yang artinya “ya”. Jika bukan, maka menjawabnya dengan “La”yang artinya “tidak/bukan”.
Man Haadza?
Setelah beberapa latihan tambahan Maa dan A, selanjutnya syaikh menambahkan kosakata baru untuk bertanya, yaitu kata tanya “man” yang artinya “siapa”.
Kata ini digunakan khusus untuk menanyakan makhluk yang berakal. Jadi tidak boleh digunakan untuk bertanya, “man haadza?” “haadza qolamun”. Ini salah!
Sebelum menutup pelajaran Bab 1, syaikh menambahkan beberapa kosakata lain. Yaitu beberapa nama profesi, nama hewan, dan beberapa tambahan nama benda.
Kosakata Bab 1 Jilid 1
Berikut adalah kosakata bab 1 jilid 1 kitab Durushul Lughah.
Semoga bermanfaat. Allohu a’lam.