Menuntut Ilmu – Kitab al-Ushul ats-Tsalatsah atau yang dikenal di Indonesia sebagai Tiga Landasan Utama, adalah kitab aqidah yang ditulis oleh asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Kitab ini berisi tiga pokok penting ajaran Islam yaitu hal-hal yang akan ditanya pertama kali ketika seseorang berada di alam kubur, yaitu Siapa Rabbmu, Siapa Nabimu dan Apa Agamamu?
Berikut adalah terjemahan dari kitab al-Ushul ats-Tsalatsah.
بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Ketahuilah, rahimakalloh, bahwa wajib bagi kita untuk mempelajari empat masalah, yaitu :
- Ilmu, ialah mengenal Alloh, mengenal Nabi-Nya dan mengenal Dinul Islam berdasarkan dalil-dalil.
- Amal, ialah menerapkan ilmu ini.
- Da’wah, ialah mengajak orang lain kepada ilmu ini.
- Sabar, ialah tabah dan tangguh menghadapi segala rintangan dalam menuntut ilmu, mengamalkannya dan berda’wah kepadanya.
Dalilnya adalah firman Alloh Ta’ala :
“Demi masa. Sesungguhnya setiap manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, melakukan segala amal sholeh dan saling nasihat-menasihati untuk (menegakkan) yang haq serta nasihat-menasihati untuk (berlaku) sabar.” {Surat Al-‘Ashr (103) : 1-3}
Imam Asy-Syafi’i 1 Rahimahullohu Ta’ala, mengatakan: “Seandainya Alloh hanya menurunkan surat ini saja sebagai hujjah buat makhluk-Nya tanpa hujjah lain, sungguh telah cukup surat ini sebagai hujjah bagi mereka”.
Imam Al-Bukhari 2 Rahimahullohu Ta’ala, mengatakan: “Bab ilmu didahulukan sebelum ucapan dan perbuatan. Dalilnya adalah firman Alloh Ta’ala :
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada sesembahan (yang haq) selain Alloh dan mohonlah ampunan atas dosamu.” {Surat Muhammad (47) : 19}
Dalam ayat ini, Alloh memerintahkan terlebih dahulu untuk berilmu (berpengetahuan) 3 sebelum ucapan dan perbuatan.”
Ketahuilah rahimakalloh, setiap muslim dan muslimah wajib mempelajari dan mengamalkan ketiga masalah ini :
- Bahwa Alloh-lah yang menciptakan kita dan memberi rizki kepada kita. Alloh tidak membiarkan kita begitu saja, sia-sia, tetapi mengutus kepada kita seorang rasul, maka barangsiapa mentaati rasul tersebut pasti akan masuk surga dan barangsiapa menyalahinya pasti akan masuk neraka. Dalilnya adalah firman Alloh Ta’ala :
“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu seorang rasul yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus kepada Fir’aun seorang rasul, tetapi Fir’aun mendurhakai rasul itu, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang berat.” {Surat Al-Muzammil (73) : 15-16}
- Bahwa Alloh tidak ridho jika dalam ibadah yang ditujukan kepada-Nya, Dia dipersekutukan dengan sesuatu apapun, baik dengan seorang malaikat yang terdekat atau dengan seorang nabi yang diutus menjadi rasul. Dalilnya adalah firman Alloh Ta’ala :
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Alloh, karena itu janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Alloh.” {Surat Al-Jinn (72) : 18}
- Bahwa barangsiapa yang mentaati Rasululloh serta mentauhidkan Alloh, tidak boleh memberikan loyalitas kepada siapapun yang memusuhi Alloh dan Rasul-Nya, sekalipun mereka itu keluarga terdekat. Dalilnya adalah firman Alloh Ta’ala :
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Alloh dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Alloh telah memantabkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan mereka akan dimasukkan-Nya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Alloh ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada-Nya. Mereka itulah golongan Alloh. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Alloh itulah golongan yang beruntung.” {Surat Al-Mujaadilah (58) : 22}
Ketahuilah — semoga Alloh membimbing anda untuk taat kepada-Nya — bahwa Islam yang merupakan tuntunan Nabi Ibrahim adalah ibadah kepada Alloh semata dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Itulah yang diperintahkan Alloh kepada seluruh umat manusia dan hanya untuk itu sebenarnya mereka diciptakan-Nya, sebagaimana firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” {Surat Adz-Dzariyat (51) : 56}
Perintah Alloh yang paling agung adalah tauhid, yaitu menunggalkan Alloh dalam ibadah. Sedangkan larangan Alloh yang paling besar adalah syirik, yaitu beribadah kepada selain Alloh disamping beribadah kepada-Nya. Dalilnya firman Alloh Ta’ala :
“Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya.” {Surat An-Nisaa’ (4) : 36}
Kemudian, apabila anda ditanya : Apakah tiga landasan utama yang wajib diketahui oleh manusia ? Maka hendaklah anda jawab : Yaitu mengenal Rabb-nya, Alloh ‘Azza Wa Jalla, mengenal agama Islam dan mengenal Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam.
Mengenal Allah ‘Azza wa Jalla
Apabila anda ditanya: Siapakah Tuhanmu? Maka katakanlah: “Tuhanku adalah Alloh, yang telah memelihara diriku dan memelihara semesta alam ini dengan segala nikmat yang dikaruniakan-Nya. Dan Dia-lah sesembahanku, tiada bagiku sesembahan yang haq selain Dia.”
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“Segala puji hanya milik Alloh Tuhan Pemelihara semesta alam.” {Surat Al-Faatihah (1) : 1}
Semua yang ada selain Alloh disebut Alam, dan aku adalah salah satu dari semesta alam ini.
Selanjutnya, jika anda ditanya: Melalui apa anda mengenal Tuhan? Maka hendaklah anda jawab: Melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya dan melalui ciptaan-Nya. Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah : malam, siang, matahari dan bulan. Sedang diantara ciptaan-Nya ialah: tujuh langit dan tujuh bumi beserta segala makhluk yang ada di langit dan di bumi serta yang ada diantara keduanya.
Firman Alloh Ta’ala :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kamu bersujud kepada matahari dan janganlah (pula kamu bersujud) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Alloh yang menciptakannya jika kamu benar-benar hanya kepada-Nya beribadah.” {Surat Fushshilat (41) : 37}
Dan firman-Nya :
“Sesungguhnya Tuhanmu ialah Alloh yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang, senantiasa mengikutinya dengan cepat. Dan Dia (ciptakan pula) matahari dan bulan serta bintang-bintang (semuanya) tunduk kepada perintah-Nya. Ketahuilah, hanya hak Alloh mencipta dan memerintah itu. Mahasuci Alloh Tuhan semesta alam.” {Surat Al-A’raaf (7) : 54}
Tuhan inilah yang haq disembah. Dalilnya, firman Alloh Ta’ala :
“Wahai manusia. Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Tuhan) yang telah menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, serta menurunkan air (hujan) dari langit lalu dengan air itu Dia menghasilkan segala buah-buahan sebagai rizki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengangkat sekutu-sekutu bagi Alloh, padahal kamu mengetahui.” {Surat Al-Baqoroh (2) : 21-22}
Ibnu Katsir 4, Rahimahullah Ta’ala, mengatakan: “Hanya Pencipta segala sesuatu yang ada inilah yang berhak disembah dengan segala macam ibadah.” 5
Dan macam-macam ibadah yang diperintahkan Alloh itu, antara lain : Islam 6, iman, ihsan, doa, khauf (takut), raja’ (pengharapan), tawakkal, raghbah (penuh minat), rahbah (cemas), khusyu’ (tunduk), khasyyah (takut), inabah (kembali kepada Alloh), isti’anah (memohon pertolongan), isti’adzah (meminta perlindungan), istighatsah (meminta pertolongan untuk dimenangkan atau atau diselamatkan), dzabh (penyembelihan), nadzar dan macam-macam ibadah lainnya yang diperintahkan oleh Alloh.
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Alloh, karena itu janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya disamping (menyembah) Alloh.” {Surat Al-Jinn (72) : 18}
Karena itu, barangsiapa yang menyelewengkan ibadah tersebut untuk selain Alloh, maka dia adalah musyrik dan kafir. Firman Alloh Ta’ala :
“Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain disamping (menyembah) Alloh, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka benar-benar balasannya ada pada Tuhan-nya. Sungguh, tiada beruntung orang-orang kafir itu.” {Surat Al-Mu’minuun (23) : 117}
Dalil Macam-macam Ibadah
Dalil Doa
Firman Alloh Ta’ala :
“Dan Tuhanmu berfirman : Berdoalah kamu kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang enggan untuk beribadah kepada-Ku pasti akan masuk neraka dalam keadaan hina-dina.” {Surat Ghaafir (40) : 60}
Dan diriwayatkan dalam hadist :
“Doa itu adalah sari ibadah.” 7
Dalil Khauf (Takut)
Firman Alloh Ta’ala :
“Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.” {Surat Ali-‘Imran (3) : 175}
Dalil Raja’ (Pengharapan)
Firman Alloh Ta’ala :
“Untuk itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhan-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhan-nya.” {Surat Al-Kahfi (18) : 110}
Dalil Tawakkal (Berserah Diri)
Firman Alloh Ta’ala :
“Dan hanya kepada Alloh-lah supaya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” {Surat Al-Maa’idah (5) : 23}
Dan firman-Nya :
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh, maka Dia-lah Yang akan mencukupinya.” {Surat Ath-Thalaaq (65) : 3}
Dalil Rahgbah (penuh minat), Rahbah (cemas) dan Khusyu’ (tunduk)
Firman Alloh Ta’ala :
“Sesungguhnya mereka itu senantiasa berlomba-lomba dalam (mengerjakan) kebaikan-kebaikan serta mereka berdoa kepada kami dengan penuh minat (kepada rahmat Kami) dan cemas (akan siksa Kami), sedang mereka itu selalu tunduk hanya kepada Kami.” {Surat Al-Anbiyaa’ (21) : 90}
Dalil Khasy-yah (takut)
Firman Alloh Ta’ala :
“Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.” {Surat Al-Baqoroh (2) : 150}
Dalil Inabah (kembali kepada Alloh)
Firman Alloh Ta’ala :
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-mu serta berserah-dirilah kepada-Nya (dengan mentaati perintah-Nya), sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat tertolong (lagi).” {Surat Az-Zumar (39) : 54}
Dalil Isti’anah (memohon pertolongan)
“Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan.” {Surat Al-Faatihah (1) : 4}
Dan diriwayatkan dalam hadist :
“Apabila kamu memohon pertolongan, maka memohonlah pertolongan kepada Alloh.” 8
Dalil Isti’adzah (meminta perlindungan)
“Katakanlah : aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh.” {Surat Al-Falaq (113) : 1}
Dan firman-Nya :
“Katakanlah : aku berlindung kepada Tuhan manusia, Penguasa manusia.” {Surat An-Naas (114) : 1-2}
Dalil Istighatsah (meminta pertolongan untuk dimenangkan atau diselamatkan)
Firman Alloh Ta’ala :
“(Ingatlah) takkala kamu meminta pertolongan kepada Tuhan-mu untuk dimenangkan (atas kaum musyrikin), lalu diperkenankan-Nya bagimu.” {Surat Al-Anfaal (8) : 9}
Dalil Dzabh (penyembelihan)
“Katakanlah : Sesungguhnya sholatku, penyembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Alloh Tuhan semesta alam, tiada sesuatupun sekutu bagi-Nya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri (kepada-Nya).” {Surat Al-An’am (6) : 162-163}
Dan dalil dari Sunnah :
“Alloh melaknat orang yang menyembelih (binatang) bukan karena Alloh.” 9
Dalil Nadzar
Firman Alloh Ta’ala:
“Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang siksanya merata di mana-mana.” {Surat Al-Insaan (76) : 7}
Mengenal Islam
Islam ialah berserah diri kepada Alloh dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan penuh kepatuhan akan segala perintah-Nya serta menyelamatkan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yang berbuat syirik.
Dan agama Islam dalam pengertian tersebut, mempunyai tiga tingkatan, yaitu : islam, iman, ihsan; masing-masing tingkatan mempunyai rukun-rukunnya.
Tingkatan Islam
Adapun tingkatan Islam, rukunnya ada lima :
- Syahadat (pengakuan dengan hati dan lisan) bahwa “Laa Ilaaha Illallooh” (tiada sesembahan yang haq selain Alloh) dan Muhammad adalah Rasululloh
- Mendirikan sholat
- Mengeluarkan zakat
- Shiyam pada bulan Ramadhon
- Haji ke Baitulloh Al-Haram
Dalil Syahadat
Firman Alloh Ta’ala :
“Alloh menyatakan bahwa tiada sesembahan (yang haq) selain Dia, dengan senantiasa menegakkan keadilan, (juga menyatakan yang demikian itu) pada malaikat dan orang-orang yang berilmu. Tiada sesembahan (yang haq) selain Dia Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” {Surat Ali-‘Imraan (3) : 18}
“Laa Ilaaha Ilallooh”, artinya : Tiada sesembahan yang haq selain Alloh.
Syahadat ini mengandung dua unsur : menolak dan menetapkan. “Laa Ilaaha”, adalah menolak segala sesembahan selain Alloh; “Illallooh”, adalah menetapkan bahwa penyembahan itu hanya untuk Alloh semata-mata, tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu didalam penyembahan kepada-Nya, sebagaimana tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu didalam kekuasaan-Nya.
Tafsiran syahadat tersebut diperjelas oleh firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kepada kaumnya : Sesungguhnya aku menyatakan lepas dari segala yang kamu sembah, kecuali Tuhan yang telah menciptakanku, karena sesungguhnya Dia akan menunjukiku. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka senantiasa kembali (kepada tauhid).” {Surat Az-Zukhruf (43) 26-28}
Dan firman Alloh Ta’ala :
“Katakanlah (Muhammad) : Hai Ahli Kitab ! Marilah kamu kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, yaitu : hendaklah kita tidak menyembah selain Alloh dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya serta janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Alloh. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka : Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang muslim (menyerahkan diri kepada Alloh).” {Surat Ali-‘Imraan (3) : 64}
Adapun dalil syahadat bahwa Muhammad adalah Rasululloh, firman Alloh Ta’ala :
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kalangan kamu sendiri, terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) untukmu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang yang beriman.” {Surat At-Taubah (9) : 128}
Syahadat bahwa Muhammad adalah Rasululloh, berarti : mentaati apa yang diperintahkannya, membenarkan apa yang diberitakannya, menjauhi apa yang dilarang serta dicegahnya, dan menyembah Alloh hanya dengan cara yang disyariatkannya.
Dalil Sholat dan Zakat serta Tafsiran Tauhid
Firman Alloh Ta’ala :
“Padahal mereka tidaklah diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Alloh, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya lagi bersikap lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat serta mengeluarkan zakat. Demikian itulah tuntunan agama yang lurus.” {Surat Al-Bayyinah (98) : 5}
Dalil Shiyam
Firman Alloh Ta’ala :
“Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu untuk melaksanakan shiyam, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” {Surat Al-Baqoroh (2) : 183}
Dalil Haji
Firman Alloh Ta’ala :
“Dan hanya untuk Alloh, wajib bagi manusia melakukan haji, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitulloh. Dan barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji) maka sesungguhnya Alloh Maha tidak memerlukan semesta alam.” {Surat Ali-‘Imraan (3) : 97}
Tingkatan Iman
Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang yang paling tinggi ialah syahadat “Laa Ilaaha Illallooh”, sedang cabang yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu adalah salah satu dari cabang Iman.
Rukun iman ada enam, yaitu :
- Iman kepada Alloh
- Iman kepada para malaikat-Nya
- Iman kepada kitab-kitab-Nya
- Iman kepada para rasul-Nya
- Iman kepada hari akhirat
- Iman kepada qadar 10, yang baik maupun yang buruk
Dalil keenam rukun ini, firman Alloh Ta’ala :
“Berbakti (dan Iman) itu bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu (dalam sholat) ke arah Timur atau Barat, tetapi berbakti (dan Iman) yang sebenarnya ialah iman seseorang kepada Alloh, hari akhirat, para malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi.” {Surat Al-Baqoroh (2) : 177}
Dan firman Alloh Ta’ala :
“Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan sesuai dengan qadar.” {Surat Al-Qomar (54) : 49}
Tingkatan Ihsan
Ihsan, rukunnya hanya satu, yaitu :
“Beribadahlah kepada Alloh dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” 11
Dalilnya, firman Alloh Ta’ala :
“Sesungguhnya Alloh bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat ihsan.” {Surat An-Nahl (16) : 128}
Dan firman Alloh Ta’ala :
“Dan bertawakallah kepada (Alloh) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang melihatmu ketika kamu berdiri (untuk sholat) dan (melihat) perubahan gerak badanmu diantara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” {Surat Asy-Syu’araa’ (26) : 217-220}
Serta firman-Nya :
“Dalam keadaan apapun kamu berada, dan (ayat) apapun dari Al-Qur’an yang kamu baca, serta pekerjaan apa saja yang kamu kerjakan, tidak lain Kami adalah menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya.” {Surat Yunus (10) : 61}
Adapun dalil dari Sunnah, ialah hadist Jibril 12 yang masyhur, yang diriwayatkan dari ‘Umar bin Al-Khaththab Radhiyallohu ‘Anhu :
“Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, tiba-tiba muncul ke arah kami seorang laki-laki, sangat putih pakaiannya, hitam pekat rambutnya, tidak tampak pada tubuhnya tanda-tanda sehabis dari bepergian jauh dan tiada seorang pun diantara kami yang mengenalnya. Lalu orang itu duduk di hadapan Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dengan menyandarkan kedua lutut beliau serta meletakkan kedua telapak tangannya diatas kedua paha beliau, dan berkata:
“Ya Muhammad, beritahulah aku tentang Islam’, maka beliau menjawab : ‘Yaitu, bersyahadat bahwa tiada sesembahan yang haq selain Alloh serta Muhammad adalah Rasululloh, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, melakukan haji ke Baitulloh jika kamu mampu untuk mengadakan perjalanan kesana’. Lelaki itupun berkata : ‘Benarlah engkau’.
Kata Umar : ‘Kami merasa heran kepadanya, ia bertanya kepada beliau, tetapi juga membenarkan beliau’.
Lalu ia berkata : ‘Beritahulah aku tentang Iman’. Beliau menjawab : ‘Yaitu, beriman kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari Akhirat serta beriman kepada Qadar yang baik dan yang buruk’. Ia pun berkata : ‘Benarlah engkau’.
Kemudian ia berkata : ‘Beritahulah aku tentang Ihsan’. Beliau menjawab : ‘Yaitu, beribadahlah kepada Alloh dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu’.
Ia berkata lagi : ‘Beritahulah aku tentang waktu Kiamat’. Beliau menjawab : ‘Orang yang ditanya tentang hal tersebut tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya’. Akhirnya ia berkata : ‘Beritahulah aku sebagian dari tanda-tanda kiamat itu’. Beliau menjawab : ‘Yaitu, apabila ada hamba sahaya wanita melahirkan tuannya dan apabila kamu melihat orang-orang tak beralas kaki, tak berpakaian sempurna, melarat lagi pengembala domba, saling membangga-banggakan diri dalam membangun bangunan yang tinggi’.
Kata Umar : ‘Lalu pergilah orang laki-laki itu, sementara kami berdiam diri saja dalam waktu yang lama, sehingga Nabi bertanya : ‘Hai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu ?’. Aku menjawab : ‘Alloh dan Rasul-Nya lebih mengetahui’. Beliau pun bersabda : ‘Dia adalah Jibril, telah datang kepada kalian untuk mengajarkan urusan agama kalian.” 13
Mengenal Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
Beliau adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Muthallib bin Hasyim. Hasyim adalah termasuk suku Quraisy, suku Quraisy termasuk bangsa Arab, sedang bangsa Arab adalah termasuk keturunan nabi Isma’il, putra Nabi Ibrahim Al-Khalil. Semoga Alloh melimpahkan kepadanya dan kepada Nabi kita sebaik-baik shalawat dan salam.
Beliau berumur 63 tahun; diantaranya 40 tahun sebelum beliau menjadi nabi dan 23 tahun sebagai nabi serta rasul.
Beliau diangkat sebagai nabi dengan “Iqra’” 14 dan diangkat sebagai rasul dengan surat “Al-Mudatstsir”.
Tempat asal beliau adalah Makkah.
Beliau diutus Alloh untuk menyampaikan peringatan menjauhi syirik dan mengajak kepada tauhid. Dalilnya, firman Alloh Ta’ala :
“Wahai orang yang berselimut ! Bangunlah, lalu sampaikanlah peringatan. Agungkanlah Tuhanmu. Sucikanlah pakaianmu. Tinggalkanlah berhala-berhala itu. Dan janganlah kamu memberi, sedang kamu menginginkan balasan yang lebih banyak. Serta bersabarlah untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu.” {Surat Al-Mudatstsir (74) : 1-7}
Pengertian :
“Sampaikanlah peringatan”, ialah menyampaikan peringatan menjauhi syirik dan mengajak kepada tauhid.
“Agungkanlah Tuhanmu”, Agungkanlah Ia dengan berserah diri dan beribadah kepada-Nya semata-mata.
“Sucikanlah pakaianmu”, maksudnya : Sucikan segala amalmu dari perbuatan syirik.
“Tinggalkanlah berhala-berhala itu”, artinya : jauhkan dan bebaskan dirimu darinya serta orang-orang yang memujanya.
Beliaupun melaksanakan perintah ini dengan tekun dan gigih selama sepuluh tahun, mengajak kepada tauhid. Setelah sepuluh tahun itu beliau dimi’rajkan (diangkat naik) ke atas langit dan disyariatkan kepada beliau sholat lima waktu. Beliau melakukan sholat di Makkah selama tiga tahun. Kemudian, sesudah itu, beliau diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah.
Hijrah, pengertiannya ialah : pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan Islami.
Hijrah ini merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan umat Islam. Dan kewajiban tersebut hukumnya tetap berlaku sampai hari Kiamat.
Dalil yang menunjukkan kewajiban hijrah, yaitu firman Alloh Ta’ala :
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan zhalim terhadap diri mereka sendiri 15, kepada mereka malaikat bertanya : ‘Dalam keadaan bagaimana kamu ini ?’. Mereka menjawab : ‘Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah)’. Para malaikat berkata : ‘Bukankah bumi Alloh itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah (kemana saja) di bumi ini’. Maka mereka itulah tempat tinggalnya neraka Jahannam dan Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. Akan tetapi orang-orang yang tertindas diantara mereka, seperti kaum lelaki dan wanita serta anak-anak yang mereka itu dalam keadaan tidak mampu menyelamatkan diri dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), maka mudah-mudahan Alloh memaafkan mereka. Dan Alloh adalah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” {Surat An-Nisaa’ (4) : 97-99}
Dan firman Alloh Ta’ala :
“Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman ! Sesungguhnya bumi-Ku adalah luas, maka hanya kepada-Ku saja supaya kamu beribadah.” {Surat Al-Ankabuut (29) : 56}
Al-Baghawi 16 Rahimahullohu Ta’ala, berkata : “Ayat ini, sebab turunnya adalah ditujukan kepada orang-orang muslim yang masih berada di Makkah yang mereka itu belum juga berhijrah. Karena itu, Alloh Menyeru kepada mereka dengan sebutan orang-orang yang beriman”.
Adapun dalil dari Sunnah yang menunjukkan kewajiban hijrah, yaitu sabda Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam :
“Hijrah tetap akan berlangsung selama pintu taubat belum ditutup, sedang pintu taubat tidak akan ditutup sebelum matahari terbit dari barat.” 17
Setelah Nabi Muhammad menetap di Madinah, disyariatkan kepada beliau zakat, puasa, haji, adzan, jihad, amar ma’ruf dan nahi munkar serta syariat-syariat Islam lainnya.
Beliaupun melaksanakan untuk menyampaikan hal ini dengan tekun dan gigih selama sepuluh tahun. Sesudah itu wafatlah beliau, sedang agamanya tetap dalam keadaan lestari.
Inilah agama yang beliau bawa : Tiada suatu kebaikan yang tidak beliau tunjukkan kepada umatnya dan tiada suatu keburukan yang tidak beliau peringatkan kepada umatnya supaya dijauhi. Kebaikan yang beliau tunjukkan ialah tauhid serta segala yang dicintai dan diridhai Alloh, sedang keburukan yang beliau peringatkan supaya dijauhi ialah syirik serta segala yang dibenci dan tidak disenangi Alloh.
Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, diutus oleh Alloh kepada seluruh umat manusia dan diwajibkan kepada seluruh jin dan manusia untuk mentaatinya.
Alloh Ta’ala berfirman :
“Katakanlah : Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Alloh kepada kamu semua.” {Surat Al-A’raaf (7) : 158}
Dan melalui beliau, Alloh telah menyempurnakan agama-Nya untuk kita. Firman Alloh Ta’ala :
“Pada hari ini 18, telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan Aku lengkapkan kepadamu nikmat-Ku, serta Aku ridhoi Islam itu menjadi agama bagimu.” {Surat Al-Maa’idah (5) : 3}
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa beliau Shollallohu ‘Alaihi Wasallam juga wafat, ialah firman Alloh Ta’ala :
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka pun akan mati (pula). Kemudian, sesungguhnya kamu nanti pada hari kiamat berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu.” {Surat Az-Zumar (39) : 30-31}
Manusia sesudah mati, mereka nanti akan dibangkitkan kembali. Dalilnya firman Alloh Ta’ala :
“Berasal dari tanahlah kamu telah Kami jadikan dan kepadanya kamu Kami kembalikan serta darinya kamu akan Kami bangkitkan sekali lagi.” {Surat Thaa-haa (20) : 55}
Dan firman Alloh Ta’ala :
“Dan Alloh telah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalamnya (lagi) dan (pada Hari Kiamat) Dia akan mengeluarkan kamu dengan sebenar-benarnya.” {Surat Nuh (71) : 17-18}
Setelah manusia dibangkitkan, mereka akan dihisab dan diberi balasan sesuai dengan amal perbuatan mereka. Firman Alloh Ta’ala :
“Dan hanya kepunyaan Alloh apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat buruk sesuai dengan perbuatan mereka dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan (pahala) yang lebih baik (surga).” {Surat An-Najm (53) : 31}
Barangsiapa yang tidak mengimani kebangkitan ini, maka dia adalah kafir. Firman Alloh Ta’ala :
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Katakan : Tidaklah demikian. Demi Tuhanku, kamu pasti akan dibangkitkan dan niscaya akan diberitakan kepadamu apapun yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah amat mudah bagi Alloh.” {Surat At-Taghaabun (64) : 7}
Alloh telah mengutus semua rasul sebagai penyampai kabar gembira dan pemberi peringatan. Sebagaimana firman Alloh Ta’ala :
“(Kami telah mengutus) rasul-rasul menjadi penyampai kabar gembira dan pemberi peringatan, supaya tiada lagi suatu alasan bagi manusia membantah Alloh setelah (diutusnya) para rasul itu.” {Surat An-Nisaa’ (4) : 165}
Rasul pertama adalah Nabi Nuh ‘Alaihissalam 19 dan rasul terakhir adalah Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, serta beliaulah penutup para nabi.
Dalil yang menunjukkan bahwa rasul pertama adalah Nabi, firman Alloh Ta’ala :
“Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan para nabi sesudahnya…..” {Surat An-Nisaa’ (4) : 163}
Dan Alloh telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul, mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi Muhammad, dengan memerintahkan mereka untuk beribadah kepada Alloh semata-mata dan melarang mereka beribadah kepada thoghut. Alloh Ta’ala berfirman :
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul (untuk menyerukan) : Beribadahlah kepada Alloh (saja) dan jauhilah thoghut itu.” {Surat An-Nahl (16) : 36}
Dengan demikian, Alloh telah mewajibkan kepada seluruh hamba-Nya supaya bersikap kafir kepada thoghut dan hanya beriman kepada-Nya.
Ibnu Al-Qoyyim 20 Rahimahullohu Ta’ala, telah menjelaskan pengertian thoghut tersebut dengan mengatakan :
“Thoghut, ialah setiap yang diperlakukan manusia secara melampaui batas (yang telah ditentukan oleh Alloh), seperti dengan disembah, atau diikuti, atau dipatuhi.”
Dan thoghut itu banyak macamnya, tokoh-tokohnya ada lima :
- Iblis, yang telah dilaknat oleh Alloh
- Orang yang disembah, sedang dia sendiri rela
- Orang yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya
- Orang yang mengaku tahu sesuatu yang ghoib
- Orang yang memutuskan sesuatu tanpa berdasarkan hukum yang telah diturunkan oleh Alloh
Alloh Ta’ala berfirman :
“Tiada paksaan dalam (memeluk) agama ini. Sungguh telah jelas kebenaran dan kesesatan. Untuk itu, barangsiapa yang ingkar kepada thoghut dan beriman kepada Alloh, maka dia benar-benar telah berpegang teguh dengan tali yang terkuat, yang tidak akan terputus tali itu. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” {Surat Al-Baqoroh (2) : 256}
Ingkar kepada semua thoghut dan iman kepada Alloh saja, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tadi, adalah hakikat syahadat “Laa Ilaaha Illallooh”.
Dan diriwayatkan dalam hadist, Rasululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
“Pokok agama ini adalah Islam 21, dan tiangnya adalah sholat, sedang ujung tulang punggungnya adalah jihad fi sabilillah.” 22
Hanya Alloh-lah Yang Mahatahu. Semoga sholawat dan salam senantiasa dilimpahkan Alloh kepada Nabi Muhammad, kepada keluarga dan para sahabatnya.
Sumber:
- Tiga Landasan Utama. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Dar Al-Gasem, Saudi Arabi – PO Box 6373 Riyadh 11442
- Syarah Tsalatsatul Ushul, Mengenal Allah, Rasul dan Dinul Islam. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Matan : Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Penyunting : Syaikh Fahd bin Nashir bin Ibrahim As-Sulaiman. Al-Qowam, PO Box 319 Solo. Cetakan II, Nov 2000 M
- Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’i Al-Hasyimi Al-Qurasyi Al-Muthalib (150 – 240 H, 767 – 820 M). Dilahirkan di Gaza (Palestina) dan meninggal di Mesir. Beliau salah seorang dari imam empat, semoga rahmat Alloh dilimpahkan kepada mereka semua. Di antara karya ilmiahnya adalah Al-Umm, Ar-Risalah
- Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Bukhari (194 – 256 H, 810 – 870 M). Seorang ulama ahli hadist. Untuk mengumpulkan hadist ia telah menempuh perjalanan yang panjang. Mengunjungi Khurasan, Irak, Mesir dan Syam. Lahir di Bukhara pada bulan Syawal tahun 194 H. Beliau tumbuh sebagai anak yatim, di bawah asuhan ibunya. Beliau wafat di Khartank, sebuah kota yang berjarak dua farsakh dari Samarkand, pada malam Idul Fitri tahun 256 H. Kitab-kitab yang disusunnya antara lain Al-Jaami’, Ash-Shahih (yang lebih dikenal dengan Shahih Al-Bukhari), Ath-Thariikh, Adh-Dhu’afaa, Khalq Af’aal Al-Ibaad
- Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al-‘Ilm, bab 10
- Abu Al-Fidaa Isma’il bin ‘Umar bin Katsir Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi (701 – 774 H, 1302 – 1373 M). Seorang ahli ilmu hadist, tafsir, fiqh dan sejarah. Diantara karyanya Tafsir Al-Qur’aan Al-‘Azhiim, Thabaqaat Al-Fuqahaa’ Asy-Syaffi’iyyin, Al-Bidayah Wa An-Nihayah (sejarah), Ikhtishaar ‘Uluum Al-Hadist Syarh Shahih Al-Bukhari (belum sempat dirampungkannya)
- Lihat Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’aan Al-‘Azhiim (Cairo Maktabah Dar At-Turats, 1400 H), jilid 1, hal 57
- Islam, yang dimaksud disini adalah Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji
- Hadist riwayat At-Tirmidzi dalam Al-Jaami’ Ash-Shahih, kitab Ad-Da’waat, bab 1. Maksud hadist ini adalah bahwa segala macam ibadah, baik yang umum maupun yang khusus, yang dilakukan seorang mu’min, seperti mencari nafkah yang halal untuk keluarga, menyantuni anak yatim dll, semestinya diiringi dengan permohonan ridho Alloh dan pengharapan balasan ukhrawi. Oleh karena itu doa (permohonan dan pengharapan tersebut) disebut oleh Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam sebagai sari atau otak ibadah, karena senantiasa harus mengiringi gerak ibadah
- Hadist riwayat At-Tirmidzi dalam Al-Jaami’ Ash-Shahiih, kitab Shifaat Al-Qiyaamah wa ar-Raqa’iq wa al-Wara’, bab 59. Dan riwayat Imam Ahmad dalam Al-Musnad (Beirut Al-Maktab Al-Islami, 1403 H) jilid 1, hal 293, 303, 307
- Hadist riwayat Muslim dalam Shahihnya, kitab Al-Adhaahi, bab 8. Dan riwayat Imam Ahmad dalam Al-Musnad, jilid 1, hal 108, 118 dan 152
- Qadar, takdir, ketentuan Ilahi, yaitu : iman bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah diketahui, dicatat, dikehendaki dan dijadikan oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala
- Pengertian Ihsan tersebut adalah penggalan dari hadist Jibril, yang dituturkan oleh ‘Umar bin Al-Khaththab Radhiyallohu ‘Anhu
- Disebut hadist Jibril, karena Jibril-lah yang datang kepada Rasululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dengan menanyakan kepada beliau tentang Islam, Iman, Ihsan dan masalah hari kiamat. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan pelajaran kepada kaum muslimin tentang masalah-masalah agama
- Hadist riwayat Muslim dalam Shahihnya, kitab Al-Iman, bab 1, hadist ke 1. Dan diriwayatkan juga hadist dengan lafazh seperti ini dari Abu Hurairah oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya, kitab Al-Iman, bab 37, hadist ke 1
- Yakni Surat Al-‘Alaq (96) : 1-5
- Yang dimaksud dengan orang-orang yang zhalim terhadap diri mereka sendiri dalam ayat ini, ialah orang-orang penduduk Makkah yang sudah masuk Islam, tetapi mereka itu tidak mau hijrah bersama Nabi, padahal mereka mampu dan sanggup. Mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir supaya ikut bersama mereka pergi ke perang Badar, akhirnya ada diantara mereka yang terbunuh
- Abu Muhammad Al-Husein bin Mas’ud bin Muhammad Al-Farra’ atau Ibnu Al-Farra’ Al Baghawi (436-510 H, 1044-1117 M). Seorang ahli dalam bidang fiqh, hadist dan tafsir. Diantara karyanya : At-Tahdziib (fiqh), Syarh As-Sunnah (hadist), Lubaab At-At’wiil fi Ma’aalim at-Tanziil (tafsir)
- Hadist riwayat Imam Ahmad dalam Al-Musnad, jilid 4, hal 99. Abu Dawud dalam Sunannya, kitab Al-Jihad, bab 2. Dan Ad-Darimi dalam Sunannya, kitab As-Sair, bab 70
- Maksudnya adalah hari Jum’at ketika wukuf di Arafah, pada waktu Haji Wada’
- Selain dalil dari Al-Qur’an yang disebutkan Penulis, yang menunjukkan bahwa Nabi Nuh adalah rasul pertama, disana ada juga hadist shahih yang menyatakan bahwa Nabi Nuh adalah rasul pertama yang diutus kepada penduduk bumi ini, seperti hadist riwayat Al-Bukhari dalam Shahihnya kitab Al-Anbiya, bab 3 dan riwayat Muslim dalam Shahihnya, kitab Al-Iman, bab 84. Adapun Nabi Adam ‘Alaihissalam menurut sebuah hadist yang diriwayatkan dari Abu Dzar Al-Ghifari Radhiyallohu ‘Anhu, beliau adalah nabi pertama. Dan disebutkan dalam hadist ini bahwa jumlah para nabi ada 124 ribu orang, dari jumlah tersebut sebagai rasul 315 orang. Dan dalam riwayat lain disebutkan 310 orang lebih. Lihat : Imam Ahmad, Al-Musnad, jilid 5, hal 178, 179 dan 265
- Abu ‘Abdillah Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyub bin Sa’d Az-Zur’i Ad-Dimasyqi, terkenal dengan Ibnu Al-Qoyyim Al-Jauziyah (691-751 H, 1292-1350 M). Seorang ulama yang giat dan gigih dalam mengajak umat Islam pada zamannya untuk kembali kepada tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah serta mengikuti jejak para Salaf Shalih. Mempunyai banyak karya tulis, antara lain : Madaarij As-Saalikiin, Zaad Al-Ma’aad, Thariiq Al-Hijratain wa Baab As-Sa’aadatain, At-Tibyaan fi Aqsaam Al-Qur’aan, Miftaah Daar As-Sa’aadah
- Silahkan melihat kembali pengertian Islam yang disebutkan oleh Penulis diatas
- Hadist shahih riwayat Ath-Thabarani dari Ibnu ‘Umar Radhiyallohu ‘Anhu, dan riwayat At-Tirmidzi dalam Al-Jaami’ Ash-Shahih, kitab Al-Imaan, bab 8